Sunday, April 10, 2011

PERKARA YANG MERUSAK AMAL

Oleh: Hanung Hisbullah Hamda

Saudaraku, tidak ada seorang muslim yang tidak mendambakan kebahagiaan baik di dunia maupun di akhirat. Karena itu sebagai seorang muslim, kita dituntut untuk menggapai apa yang kita dambakan tidak hanya dengan mengandalkan doa tetapi juga dengan usaha sungguh-sungguh dalam kehidupan di dunia ini yaitu dengan beramal shalih sebanyak mungkin. Allah telah menjanjikan bahwa barang siapa yang mengerjakan amal shalih baik laki-laki maupun wanita dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan  disediakan kepadanya kehidupan yang baik dan balasannya adalah pahala yang lebih dari apa yang mereka kerjakan. Dalam ayat lain Allah berfirman:
“Barang siapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya maka hendaklah ia mengerjakan amal yang  shalih dan janganlah ia mempersekutukan seseorang pun dalam beribadat kepad Tuhannya”. [Q.S Al-Kahfi :110].
Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa Rasulullah saw menyebutkan beberapa sifat atau sikap yang dapat merusak amal keshalihan yang telah kita perbuat (tuhbitul ‘amal). Pertama, sibuk mengurusi kesalahan-kesalahan orang lain (istighalu bi uyubil khalqi). Mencari-cari dan membuka aib atau kesalahan orang lain termasuk akhlak tercela yang sangat di benci. Allah berfirman: 
“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.” [Q S. Al Hujuraat: 12]
Jika seseorang sudah disibukkan dengan urusan aib orang lain, maka sesungguhnya waktu dia untuk berintrospeksi menyadari kekurangan diri menjadi berkurang. Akibatnya ia merasa dirinya sudah baik dan sempurna sehingga tidak mau meningkatkan kualitas diri, naudzubillahimindzalik. Sunggungguh benar apa yang disampaikan rasulullah: “Beruntunglah orang yang menghabiskan waktunya untuk menilai kekurangan dirinya daripada kekurangan orang lain.” [HR. Dailami dari Anas ra]. Di akhirat kelak, pahala orang yang suka membuka aib orang lain akan diberikan justru kepada orang yang ia buka aibnya.
Kedua, sikap yang juga dapat merusak amal shalih adalah keras hati (qaswatul qulub). Termasuk keras hati adalah tidak mau menerima kebenaran dan nasihat kebaikan. Kondisi keras hati akan menimpa seorang mukmin jika di dalam hatinya penuh dengan kotoran yang berasal dari sifat-sifat buruk seperti riya, takabur dan hasud. Jika sifat-sifat buruk itu sudah menutupi hati maka tidak ada kebaikan yang bisa masuk di dalam hati.
Ketiga, sikap yang dapat merusak amal shalih adalah cinta dunia (hubbud dunya), yakni menjadikan harta dan kedudukan atau hal duniawi lainnya seperti pujian dan popularitas sebagai tujuan, bukan sarana. Jika dunia sudah menjadi tujuan seseorang di dalam hidupnya, maka orang tersebut akan melupakan Allah dan melupakan akhirat. Dan jika seseorang sudah melupakan Allah dan hari akhir, maka sukar bagi orang tersebut untuk beramal kebaikan.
Keempat, sikap yang dapat merusak amal shalih adalah tidak punya rasa malu (qillatul haya) sehingga merasa ringan dan tanpa beban saja ia melanggar aturan Allah (maksiat). Hakikat dari malu adalah rasa tidak suka dan tidak nyaman terhadap segala apa yang menimbulkan aib. Setiap mukmin pasti punya rasa malu, karena malu memang sebagian dari iman. Rasa malu akan menghalangi seseorang dari perbuatan-perbuatan yang buruk dan keji. Sebaliknya, ketiadaan rara malu akan mendorong orang berbuat sekehendak hati tanpa mengindahkan syariat-Nya. Rasulullah saw bersabda: “Jika kamu tidak malu maka berbuatlah sekehendakmu.” [HR. Bukhari]
Kelima, sikap yang dapat merusak amal shalih yaitu panjang angan-angan (thulul ‘amal), yakni sibuk berangan-angan, berkhayal, tanpa usaha nyata. Termasuk thulul ‘amal yaitu memiliki keinginan yang banyak tetapi tidak mau ikhtiar berusaha. Mau kaya tetapi tidak mau kerja, mau pintar tetapi tidak mau belajar, pengin dihormati orang tetapi tidak hormat dengan orang lain. 
Keenam, sikap yang dapat merusak amal shalih yaitu berbuat aniaya (zhalim), yakni segala perbuatan yang mendatangkan kerusakan bagi diri sendiri dan orang lain, tidak proporsional, dan melanggar aturan. Berbuat dosa termasuk aniaya, yakni aniaya terhadap diri sendiri.contoh menganiaya diri sendiri yaitu minum minuman keras, madat, memakai narkoba dan sebagainya. Adapun contoh menganiaya orang lain yaitu membunuh, merampok, mencuri, dan sebagainya. 
Selanjutnya, disamping harus menghindari enam perkara tersebut, seseorang yang mendambakan manisnya amal yang berbarakah harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut: Pertama,  Dalam beramal harus ikhlas karena Allah. Keikhlasan merupakan dasar dari amal seorang muslim dan tanpa ke Ikhlasan itu amal apapun yang dikerjakan manusia meskipun baik dan banyak hanyalah sia-sia dan tidak akan mendatangkan keberkahan sedikit pun dari Allah SWT.
Kedua, tujuan yang hendak dicapai dari amal tersebut adalah ridha Allah SWT dan bukan maksud-maksud lain seperti memupuk harta, mengejar tahta dan sebagainya. Jangan sampai segala amal keshalihan terhapus pahalanya karena adanya riya. Allah SWT. Berfirman : “Maka celakalah bagi orang-orang yang shalat (yaitu) dari shalatnya orang-orang yang berbuat riya dan enggan (menolong dengan barang berguna) “. [ Q.S. Al-Maa’uun : 4-7]
Ketiga, beramal shalih harus dengan cara yang benar. Seseorang yang melaksanakan suatu kebaikan harus melaksanakannya dengan cara-cara yang benar sebagaimana yang telah di contohkan Rasulullah SAW. Shalat misalnya harus dilaksanakan sebagai contoh dari Rasulullah SAW. Sebaliknya jika amal-amal yang khash dilaksanakan dengan tidak menuruti apa yang diajarkan Rasulullah dinilai akan tertolak. Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW menegaskan : “Barang siapa mengerjakan sesuatu amal dalam urusan (agama) seseorang yang bukan dari ajarannya maka tertolak”. [H.R. Muslim]
Keempat, tidak pernah merasa sudah banyak beramal shalih yang dikerjakan. Sebab jika seseorang merasa sudah cukup memiliki amal yang mampu membawa ke syurga akan terdorong untuk malas dalam beramal shalih. Bukankah Allah SWT sendiri tidak menetapkan beberapa banyak nilai pahala dari amal shalih yang harus dibawa agar kita bisa dimasukkan kedalam surga???
Kelima, agar kita mendapat manisnya barakah amal maka hendaknya kita senantiasa bersegera dalam beramal kebaikan dan tidak menunda-nunda.Bukankah seorang muslim yang sejati tidak suka menunda-nunda amal karena ia tidak tahu kapan Allah akan mengambil nyawanya. Sikap bersegera dalam beramal shalih ini telah dicontohkanoleh para  sahabat Rasulullah seperti  sahabat Muadz bin Jabal, ketika ditanya oleh Rasul, tentang bagaiman keadaannya pada suatu pagi Muadz menjawab : “Ya Rasul SAW, saya pagi ini merasa menjadi orang yang sangat beriman karena saya tidak yakin apakah nanti sore saya masih hidup atau tidak, dan nanti sore pun saya tidak yakin apakah besok pagi masih hidup atau tidak bahkan langkah saya yang pertama tidak saya yakini bisa dilanjutkan ke langkah kedua”.
Demikianlah saudaraku, untuk mendapatkan keberkahan amal bukanlah perkara yang mudah. Banyak tahapan perjuangan yang harus dilalui. Dan yang tidak kalah pentingnya, hendaklah kita senantiasa membiasakan diri untuk menjaga kontinuitas dan kesinambungan dalam melaksanakan suatu amalan yang baik, meskipun itu hanya amalan yang kecil. Ingatlah sebuah hadits yang diriwayatkan Imam Bukhari : "Qutaibah menuturkan kepada kami dari Hisyam bin Urwah dari ayahnya dari Aisya ra. dia berkata: “Amal yang paling disukai oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah yang dikerjakan secara terus menerus oleh pelakunya.” [HR. Bukhari]
Imam Bukhari juga meriwayatkan: Muhammad bin Ar’arah menuturkan kepadaku. Dia berkata; Syu’bah menuturkan kepada kami dari Sa’d bin Ibrahim dari Abu Salamah dari Aisyah radhiyallahu’anha, dia berkata, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah ditanya, ‘Amal apakah yang paling dicintai Allah?’. Maka beliau menjawab,”Yaitu yang paling kontinyu, meskipun hanya sedikit.” Beliau juga bersabda, “Bebanilah diri kalian dengan amal-amal yang mampu untuk kalian kerjakan.” [HR. Bukhari]
Saudaraku, keberkahan suatu amal tak diukur dari seberapa banyaknya.
tapi dari seberapa tulusnya saat mengamalkannya. Sungguh beruntunglah mereka-mereka yang mendapatkan barokahnya amal karena Allah telah menjajikan: "Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman diantara kamu dan mengerjakan Amal sholeh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhoi-Nya untuk mereka, dan benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap beribadah kepada-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan-Ku. Dan barang siapa yang tetap kafir sesudah janji itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik." [QS. An Nur: 55]



No comments:

Post a Comment

Silahkan berpendapat

https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=167022424766684&id=100043767822547