Semua lelaki pasti menginginkan memiliki seorang istri yang mampu membawa keberkahan di dalam hidup berumah tangga, sebab istri yang membawa barakah akan mampu memberikan ketenangan dan ketentaman jiwa, mampu menempatkan diri sebagai teman bergaul, berbincang-bincang dan berdiskusi dalam menghadapi segala persoalan kehidupan sehari-hari. Istri yang berbarakah juga akan menghadirkan nilai manfaat lebih yang tiada terkira bagi keharmonisan dan kebahagiaan rumah tangga di dunia dan akan mapu untuk menjaga suami agar senantiasa berada di jalan orang-orang yang mendapatkan keberuntungan di akhirat. Istri yang membawa barakah tentunya juga mampu melahirkan dan mendidik generasi penerus yang kokoh moral spiritualnya dan senantiasa berbakti kepada orang tua serta rela mendoakan kedua orang tuanya kapan saja dan dimana saja sehingga menjadi amal jariah tanpa batas.
Saudaraku, syarat utama dari istri yang berbarokah adalah keshalihan dirinya. Artinya seorang istri yang mampu membawa barokah dalam rumah tangga pasti dia adalah istri yang shalihah. Istri yang shalihah inilah perhiasan dunia terindah yang bisa di miliki oleh seorang laki-laki sebagaimana sabda Rasulullah saw: "Dunia itu adalah perhiasan, sebaik baik perhiasan adalah istri shalihah." [HR. Muslim]. Dengan menikahi seorang wanita shalihah seseorang telah mendapatkan pasangan hidup yang akan mendukungnya untuk melakukan ketaatan dan memudahkan baginya untuk menekuni ibadah. Menikah dengan istri shalihah lebih dekat untuk mendatangkan kebahagiaan duniawi maupun ukhrawi. Sebab istri yang demikian ini, mengetahui hak kepemimpinan suami dan segala amal perbuatannya senantiasa berorientasi pahala.Ia tidak akan mendurhakai suami atau membangkang kepadanya.
Adapun titel istri shalihah merupakan sebaik-baik gelar yang diberikan kepada wanita kekasih Allah. Gelar itu bukan sekadar sebuah kebanggaan, tetapi dia adalah buah dari satu perjuangan panjang dalam kehidupan seorang wanita yang hanya mampu diraih dengan usaha keras dan kesabaran. Banyak para istri yang mendambakan kemuliaan itu, tetapi sangat sedikit yang mampu sampai kepada tujuan yang dirindukan. Diatara mereka yang mampu sampai pada derajat ini adalah wanita-wanita pilihan di zamannya sebagaimana disabdakan rasulullah:
“Fatimah adalah pemimpin wanita ahli surga”. [HR. Bukhari]Nabi Saw bersabda: “Sebaik-baik wanita ialah Maryam binti Imran dan sebaik-baik wanita ialah Khadijah binti Khuwailid.” [HR. Bukhari Muslim].
Dari Abu Musa ra. berkata: Rasulullah Saw bersabda: “Lelaki yang sempurna banyak, tetapi tidak demikian halnya bagi wanita kecuali Asiah istri Fir'aun dan Maryam binti Imran. Dan sesungguhnya keutamaan Aisyah atas wanita lainnya seperti keutamaan tsarid (lauk yang berminyak) atas makanan lainnya.” [HR. Bukhari].
Saudaraku, semua wanita yang disebut di dalam hadits-hadits di atas, yang diberi gelar sebagai sebaik-baik wanita ahli surga merupakan wanita-wanita yang perjalanan hidupnya penuh dengan ujian dan tantangan. Mereka telah melalui banyak musibah dan ujian kehidupan, baik dalam urusan keluarga maupun dalam masyarakat. Akan tetapi mereka tidak goyah dari keimanan dan ketaatan kepada Allah Swt. Adapun secara umum karakteristik istri-istri yang shalihah adalah sebagai berikut:
1. Taat kepada Allah dan Rasul-Nya
Inti dari segala ibadah adalah wujud ketaatan dan ketundukan terhadap Allah sebagai sang Khaliq dan ketaatan kepada Muhammad sebagai pembawa risalah illahiyah. Hanya dengan ketaatannya itulah orang dapat meraih ganjaran tertinggi sebagai buah dari ilmu dan iman yang dimiliki. Dan ganjaran terbaik itu berupa jannatul firdaus, yaitu surga yang penuh dengan kenikmatan, dia kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah Swt. berfirman:
“Barang-siapa taat kepada Allah dan Rasul-Nya, niscaya Allah akan memasukkannya kedalam syurga yang mengalir didalamnya sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya; dan itulah kemenangan yang besar. [Qs. An Nisaa', 4: 13]
“Dan barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul-Nya, mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu: nabi-nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang shalih. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya.” [Qs. An Nisaa', 4: 69]
Seorang wanita atau istri yang shalihah adalah calon-calon penghuni syurga. Dan syurga yang dijanjikan kepada mereka hanya akan didapatkan oleh siap-siapa yang mau tunduk dan taat kepada Allah dan Rasul-Nya dengan tanpa ada sedikit keragu-raguan pun di hatinya. Seorang wanita shalihah adalah yang memiliki kualifikasi pemahaman dan pengamalan keagamaan yang tinggi dan ketaatan dia kepada Allah dan Rasul-nya adalah bukti bahwa dirinya adalah seorang istri yang baik dari sisi keberagamaannya. Wanita seperti inilah hendaknya yang dicari para laki-laki yang hendak membangun keluarga yang penuh berkah. Rosulullah saw bersabda:
“Perempuan itu dinikahi karena empat perkara: karena hartanya, dan karena nasabnya, dan karena kecantikannya, maka pilihlah yang baik agamanya niscaya kamu akan beruntung. [HR. Bukhari dan Muslim]
2. Taat Kepada Suami
Karakter kedua dari seorang istri yang shalihah adalah ketaatannya kepada suami, sebab ketaatan kepada suaminya merupakan salah satu kunci istimewa baginya untuk meraih kenikmatan yang kekal dan abadi di surga. Rasulullah Saw bersabda:
“Jika seorang istri telah menunaikan shalat lima waktu, dan shaum (puasa) di bulan Ramadhan, dan men-jaga kemaluannya dari yang haram serta taat kepada suaminya, maka akan di-persilakan: masuklah ke surga dari pintu mana saja kamu suka.” [HR. Ahmad]
Dalam sebuah hadits dari Ibnu Abbas ra dikisahkan telah datang seorang wakil wanita anshar kepada nabi lalu bertanya:“Wahai Rasulullah, saya wakil dari kaum wanita untuk berjumpa denganmu. Sesungguhnya jihad hanya diwajibkan atas kaum laki-laki saja, sekiranya mereka menang mereka memperoleh pahala dan sekiranya mereka terbunuh, maka mereka senantiasa hidup dan diberi rizki di sisi Rabb mereka. Sedangkan kami golongan wanita menjalankan tugas (berkhidmat) untuk mereka, maka adakah bagian kami dari yang tersebut?” Maka Rasulullah menjawab: “Sam-paikanlah kepada siapa saja dari kaum wanita yang engkau temui, bahwa taat kepada suami dan mengakui hak suami adalah menyamai yang demikian itu, dan amat sedikitlah di antara kamu yang mampu melaksanakannya.” Kisah ini diriwayatkan oleh al Bazzar dalam kitab haditsnya.
Saudaraku, sesungguhnya amat besarlah pahala yang diperoleh istri yang taat kepada suami sebesar pahala mereka yang pergi berjuang di medan jihad. Ketaatan yang tulus seperti inilah yang telah ditunjukkan para istri nabi dan wanita-wanita pilihan zaman seperti Aisyah dan Fatimah ra. Ketaatan ini mencul sebagai ketundukan terhadap firman Allah:
“Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wa-nita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka).” [Qs. An Nisaa' 4: 34]
Dalam mengamalkan ayat ini, istri yang sholihah akan selalu menaati suaminya sebagaimana yang pernah dituturkan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah dalam kitabnya, Majmu’ al Fatawa: XXXII/260: “Tidak ada kewajiban yang harus ditunaikan oleh wanita, setelah hak Alloh dan Rasul-Nya, yang lebih wajib daripada hak suami”. Seorang istri yang baik akan berusaha untuk melaksanakan tugas-tugas yang menjadi tanggung jawabnya meskipun terkadang timbul perasaan malas atau berat untuk melaksanakan sesuatu yang menjadi kewajibannya, tetapi hendaknya diingat bahwa keridhaan suami lebih diutamakan diatas perasaannya. Lihatlah apa yang dikatakan Rasulullah saw ketika Aisyah ra bertanya:
Dalam mengamalkan ayat ini, istri yang sholihah akan selalu menaati suaminya sebagaimana yang pernah dituturkan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah dalam kitabnya, Majmu’ al Fatawa: XXXII/260: “Tidak ada kewajiban yang harus ditunaikan oleh wanita, setelah hak Alloh dan Rasul-Nya, yang lebih wajib daripada hak suami”. Seorang istri yang baik akan berusaha untuk melaksanakan tugas-tugas yang menjadi tanggung jawabnya meskipun terkadang timbul perasaan malas atau berat untuk melaksanakan sesuatu yang menjadi kewajibannya, tetapi hendaknya diingat bahwa keridhaan suami lebih diutamakan diatas perasaannya. Lihatlah apa yang dikatakan Rasulullah saw ketika Aisyah ra bertanya:
“Siapa diantara manusia yang paling besar haknya atas istri?” Beliau Shallallahu ‘alaihi wa aalihi wasallam menjawab, “Suaminya… “ [HR. Hakim dan Al-Bazzar]
Istri yang shalihah adalah yang selalu ingat akan besarnya hak suami atas dirinya, sampai-sampai seandainya dibolehkan sujud kepada selain Allah maka istri diperintahkan untuk sujud kepada suaminya. Sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa aalihi wasallam:
“Andaikan saja dibolehkan seseorang bersujud kepada orang lain, niscaya aku perintahkan istri untuk sujud kepada suaminya.” [HR. Tirmidzi: Hasan Shahih]
Hendaknya para istri bertakwa kepada Alloh ‘Azza wa Jalla dalam bersikap pada suaminya. Sungguh, dia bisa menjadi syurgamu atau nerakanya, sebagaimana sabda Rasululloh saw kepada salah seorang istri sahabat: “ ’Apakah engkau mempunyai suami ?’. Dia menjawab, ’Bnar, ya Rasulullah’. Lalu Rasulullah bertanya, ’Bagaimana sikapmu terhadapnya?’. Ia menjawab,’Saya tidak mengurangi ketaatan kepadanya sedikitpun, kecuali dalam hal yang saya tidak mampu’. Kemudian Rasaulullah bersabda,’Perhatikan bagaimana sikapmu terhadapnya, sungguh dia itu merupakan syurga dan nerakamu’.” [HR. At Tirmidzi]
3. Pandai Melayani Suami
Karakteristik istri shalihah yang ketiga adalah pandai melayani suami. Kita banyak menemukan di dunia ini istri yang taat kepada suaminya namun kurang pandai dalam melayani suami. Karena itulah istri yang taat kepada suami dan pandai melayaninya merupakan kemuliaan tersendiri yang mengangkat derajat seorang istri dalam meraih keselamatan di dunia dan akhirat. Sebab seorang istri yang taat kepada suami dan mampu memberikan pelayanan terbaik pada suami pasti akan mendapatkan keridla-an dari suami dalam waktu dan kondisi apaun. Ummu Salamah ra berkata, Rasulullah Saw bersabda:
“Tiap-tiap istri yang mati dalam ridha suaminya, maka ia akan masuk surga.” [HR. at Tirmidzi dan Ibnu Majah].
Sebuah hadits dari Abdullah bin Abi Aufa mengisahkan bahwa Mu'adz diutus ke Yaman atau Syam dan dia melihat orang-orang Nashrani bersujud kepada pembesar-pembesar dan kepada pendeta-pendetanya. Maka beliau berkata dalam hatinya sesungguhnya Rasulullah lebih layak untuk diagungkan. Maka tatkala ia datang kepada Rasulullah ia berkata: ”Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku melihat orang-orang Nashrani bers-ujud kepada pembesar-pem-besar dan kepada pendeta-pendetanya, dan aku berkata dalam hatiku sesungguhnya engkaulah yang lebih layak untuk diagungkan (daripada mereka).” Kemudian beliau bersabda: “Andaikata aku boleh memerintahkan seseorang bersujud kepada seseorang, maka sungguh akan kuperintahkan istri bersujud kepada suaminya dan seorang istri belum dikatakan menunaikan kewajibannya terhadap Allah sehingga menunaikan kewajibannya terhadap suami seluruhnya, sehingga andaikan (suaminya) memerlukannya di atas kendaraan, sungguh ia tidak boleh menolaknya.” [HR Ahmad]
Hadits di atas juga menjelaskan bagaimana rasulullah menekankan pentingnya seorang istri untuk senantiasa taat terhadap suami dan sebaik-baiknya istri adalah mereka yang mampu memposisikan dirinya sebagai sebaik-baik pelayan bagi suami, satu-satunya “raja” yang harus ia layani. Sampai-sampai kalaulah seorang manusia boleh bersujud maka Rasulullah akan memerintahkan semua istri untuk bersujud kepada suaminya.
4. Menjaga Kehormatan Diri
Ciri keempat dari keshalihan seorang istri yang shalihah adalah mampu menjaga kehormatan diri dan keluarganya. Ingatlah kembali firman Allah SWT:
Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara kehormatan dirnya ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka). [QS. An Nisa’ (4): 34]
Mengenai ayat di atas, Imam Ats-Tsauri dan Qatadah menafsirkan bahwa yang dimaksud dengan arti menjaga kehormatan diri di saat suami tidak ada di rumah adalah menjaga segala sesuatu yang memang harus dipelihara, baik berkenaan dengan kehormatan diri maupun harta. Adapun Muhammad Abduh mengatakan bahwa yang dimaksud dengan menjaga kehormatan diri di sini adalah menutup segala apa yang dapat membuat malu ketika diperlihatkan atau diungkapkan, yaitu dengan jalan menjaga segala sesuatu yang secara khusus berkenaan dengan rahasia suami istri, serta tidak menceritakan rahasia suaminya kepada siapa pun kecuali kepada orang yang benar-benar dipercaya karena ingin mencari solusi dalam permasalahan rumah tangga.
Laki-laki yang memiliki istri yang mampu menjaga kehormatan dirinya ketika suami tidak ada dirumah adalah laki-laki yang paling beruntung di dunia. Laki-laki yang memiliki istri dengan kriteria seperti ini berarti telah memiliki harta simpanan yang terbaik, sebagaimana dijelaskan dalam sebuah hadits dari Abu Umamah ra, dari Nabi Saw beliau ber-sabda: “Tidak ada yang paling bermanfaat bagi seorang Mukmin sesudah bertaqwa kepada Allah daripada memiliki istri yang shalihah, yaitu jika ia diperintah ia taat, jika ia dipandang menyenangkan hati, dan jika ia digilir ia tetap berbuat baik, dan jika ia ditinggalkan (suaminya) ia tetap menjaga suaminya dalam hal dirinya dan harta suaminya.” [HR Ibnu Majah]
Saudaraku, sesungguhnya dengan memiliki istri yang shalihah insyaAllah keberkahan akan meliputi rumah tangga kita. Akan tetapi untuk mendapatkan keberkahan yang melimpah ruah tiada batas, maka istri shalehah saja sebenarnya tidak cukup. Bukankah seorang istri yang taat kepada Allah dan rasulnya, mau melayani dan mentaati suami kemudian mampu menjaga kehormatan diri sudah cukup untuk dikatakan sebagai istri yang shalihah? Jawabannya pasti ia, padahal rumah tangga yang normal pasti memerlukan hadirnya si buah hati, yaitu anak-anak yang shalih-shalihah. Karena itu wahai saudaraku, disamping memenuhi karakteristik-karakteristik shalihah tersebut, seorang istri yang akan membawa barakah tanpa batas juga dituntut untuk memiliki karakteristik sebagai berikut:
1. Istri yang berbarokah adalah yang mampu memberikan keturunan
Seorang istri yang shalihah akan lebih mendatangkan barokah yang tiada ternilai apabila mampu menghasilkan keturunan yang baik untuk menyambung nasab. Sebab dengan adanya keturunan yang baik dan shalih-shalihah seseorang mempunyai kesempatan untuk mendatangkan pahala jariyah yang senantiasa mengalir meskipun orang tersebut sudah berada di alam kubur. Rasulullah saw bersabda:
“Jika anak Adam mati, maka putuslah seluruh amalnya kecuali tiga perkara; Shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak shalih yang mendoakannya." [HR. Muslim]
Dengan adanya anak keturunan ini maka seseorang bisa memiliki penerus perjuangan dan kader dakwah yang akan mengharumkan kedua orang tua dan agama. Dengan adanya anak dalam sebuah rumah tangga, maka kebahagiaaan dan keceriaan akan terwujud di dalam bahtera keluarga dan keharmonisan hubungan suami istri pun semakin mudah terwujud hingga kemungkinan pasangan untuk bercerai lebih kecil mengingat adanya buah hati sebagai pengikat hubungan mereka berdua. Dengan adanya anak keturunan ini pulalah rizki keluarga akan semakin lancar deras mengalir dari Allah SWT sepanjang mereka selalu taat pada-Nya. Bukankah Allah telah berfirman bahwa tidak ada satu makhluk pun di bumi ini yang tidak disiapkan rizkinya oleh Allah?
2. Istri yang barokah adalah yang amanah
Seorang istri yang shalihah akan lebih mendatangkan barokah yang tiada terniali apabila ia mampu mengemban amanah yang diberikan suami kepadanya. Dengan memiliki istri yang mampu mengemban amanah niscaya keutuhan rumah tangga lebih terjamin. Istri yang amanah dalam hal ini adalah yang mampu dipercaya untuk menjaga kehormatan keluarga, mampu dipercaya untuk mendidik dan memelihara anak-anaknya dan memiliki kecakapan dalam mengurus harta benda suaminya. Sebab jika semua itu tidak mampu dilakukan maka pondasi rumah tangga akan runtuh dan aib yang ada di dalam biduk rumah tangga akan tersebar ke masyarakat sehingga menjatuhkan kedudukan suami di mata publik. Jika istri berkhianat dalam memelihara anak-anaknya maka tidak akan muncul dari keturunannya orang-orang shalih yang mau mendoakan mereka berdua. Kemudian jika istri berkhianat dalam memelihara harta suaminya maka Allah akan mencabut keberkahan harta yang mereka miliki sehingga mereka akan beada dalam kondisi selalu kekurangan.
Karena itu wahai saudaraku, hendaklah kita sekali lagi menyelami ciri-ciri istri yang membawa barokah sebagaimana yang telah disabdaka Rasulullah saw, yaitu sebagai berikut:
“Apabila diperintah ia taat, apabila dipandang menyenangkan hati suaminya, dan apabila suaminya tidak ada dirumah, ia menjaga diri dan harta suaminya.” [HR.Ahmad]
3. Istri yang barokah itu adalah yang sedap dipandang mata
Seorang istri yang shalihah akan lebih mendatangkan barokah yang tiada terniali apabila memiliki penampilan yang menarik dan selalu sedap dipandang mata suami (qurrota ‘a’yun). Sayang sekali kebanyakan para istri hanya mau berdandan cantik jika akan ke pesta atau sekedar belanja dan jalan-jalan. Tetapi si istri tidak punya kebiasaan seperti itu bila sedang berada di rumah, bahkan ada yang merasa aneh karena berdandan di rumah itu menurut mereka tidak pada tempatnya.
Lazimnya dalam sebuah rumah tangga, suami lebih sering keluar rumah untuk mencari nafkah ataupun berdakwah, sementara kita tahu bahwa keadaan di luar penuh dengan wanita-wanita berpakaian minim dan berpenampilan seksi yang sangat potensial mengundang pandangan mata. Sekalipun seorang istri percaya suaminya akan berusaha memalingkan wajah dan menundukkan pandangannya karena takut dosa, namun laki-laki yang normal mungkin dapat tergoda melihat aurat yang haram tersebut. Karena itu sebagai bentengnya, para istri hendaklah mamu menyisihkan sebagian waktu diantara kesibukannya dengan anak dan urusan rumah tangga untuk berdandan secantik dan seindah mungkin ketika menyambut suami yang baru pulang dari kerja di luar.
Istri boleh berpakaian model apapun yang diingini dan disenangi suami dan tidak ada batasan aurat antara istri dan suaminya. Suamipun jangan malu untuk meminta istri berdandan sesuai dengan selera yang ia senangi sepanjang tidak menimbulkan bahaya dan keterpaksaan di pihak istri, sebab cara seperti ini akan lebih menjaga dan memagari suami dari maksiat. Mata para suami yang sudah terpuaskan di dalam rumah akan tertutup dari melihat pemandangan haram di luar rumah.
Sesungguhnya istri yang mau tampil cantik dan berdandan di hadapan suaminya telah ikut andil dalam menjaga suami dari terjerumus ke dalam kemaksiatan terhadap Allah SWT. Dan istri yang seperti inilah yang merupakan istri yang bermanfaat sebagaimana dijelaskan dalam sebauah hadits dari Abu Umamah ra, dari Rasulullah Saw beliau bersabda:
“Tidak ada yang paling bermanfaat bagi seorang Mukmin seteh bertaqwa kepada Allah daripada memiliki istri yang shalihah, yaitu jika ia diperintah ia taat, jika ia dipan-dang menye-nangkan hati, dan jika ia digilir ia tetap berbuat baik, dan jika ia ditinggalkan (suaminya) ia tetap menjaga suaminya dalam hal dirinya dan harta suaminya.” [HR Ibnu Majah]
“Wanita paling baik adalah istri yang apabila engkau memandangnya menggembirakanmu, apabila engkau menyuruhnya dia pun menaati, dan apabila engkau pergi dia juga memelihara dirinya dan menjaga hartamu.” [HR Abu Dawud].
4. Istri yang barokah adalah yang mudah maharnya
Saudaraku, seorang istri yang shalihah akan lebih mendatangkan barokah yang tiada ternilai apabila dalam prosesi pernikahannya ia mempermudah timbangan maharnya, sebab semakin sedikit harga mahar yang ia terima maka semakin besar pula barokah Allah yang hadir bersamanya. Rasulullah saw pernah bersabda:
“Di antara kebaikan wanita ialah memudahkan maharnya” [HR. Ahmad]“Pernikahan yang paling besar keberkahannya ialah yang paling mudah maharnya”. [HR. ]
5. Istri yang barokah itu adalah yang mencintai ilmu dan pandai mendidik anak
Saudaraku, ketahuilah bahwa seorang istri yang shalihah akan lebih mendatangkan barokah yang tiada ternilai apabila ia mencintai ilmu dan pandai menjadi guru bagi anak-anaknya. Sebagaiman kita ketahui bersama, keluarga adalah institusi pendidikan aqidah paling vital. Di dalam keluarga inilah seorang anak bisa dibentuk karakter watak dan kepribadiaannya sejak dini. Karena itulah fungsi seorang ibu sebagai pendidik yang pertama menuntut wanita untuk mau belajar dan mencintai segala ilmu yang bermanfaat bagi anak dan keluarganya, lebih-lebih bagi masyarakat di sekitarnya.
Saudaraku, jika sifat mencintai ilmu belum ada pada istrimu maka doronglah ia kepadanya. Dan jika sudah, maka usahakanlah untuk memberi kelapangan jalan untuk ia senantiasa belajar dan belajar. Ingatlah ketika Aisyah ra memuji wanita Anshor karena cinta mereka kepada ilmu. Ia berkata: ”sebaik-baik wanita adalah wanita Anshor. Sesungguhnya asa malu tidak menghalangi mereka memperdalam agama.”
Saudaraku para suami, dengan ilmu hidup menjadi mudah dan pada kebodohan tersimpan berjuta kesusahan dan penderitaan. Oleh karena itu didiklah istrimu dan berikanlah kesempatan serta fasilitas untuk menambah khazanah ilmunya. Doronglah ia untuk selalu memperbaiki diri dan meningkatkan wawasannya. Tidak ada salahnya engkau menggantikan tugas menjaga anak-anak agar istrimu bisa menghadiri majelis-majelis ilmu dan mendengarkan nasehat-nasehat yang berharga.
Tidak ada salahnya pula anda membelikan buku-buku atau CD ilmu pengetahuan yang bermanfaat baginya, mulai dari ilmu-ilmu tentang cara masak sampai bagaimana cara mendidik anak-anak agar menjadi anak yang shalih. Ketahuilah saudaraku, semakin bertambah keilmuannya maka akan semakin bertambah ketaqwaan dan keshalihan istrimu, dan engkaulah orang pertama yang akan menikmatinya.
Sangat mengherankan jika ada suami yang sepertinya merasa takut apabila istrinya lebih pandai dan berilmu daripadanya. Banyak juga suami yang giat berda’wah dan menyebarkan ilmu di tengah masyarakat, sementara ia biarkan istrinya hidup dalam kebodohan. Ia terkekang dan tidak difasilitasi untuk mencari ilmu sehingga tidak berkembang pengetahuannya. Tentunya yang seperti ini tidak benar saudaraku, bukankah menuntut ilmu itu hukumnya wajib baik bagi kaum muslimin maupun juga bagi para muslimah?
6. Istri yang barokah adalah yang pandai mengatur rumah
Saudaraku, seorang istri yang shalihah akan lebih mendatangkan barokah yang tiada ternilai apabila ia pandai dalam penataan rumah yang baik, bersih dari najis dan terhindar dari bau yang kurang sedap. Istri yang mampu menciptakan suasana rumah yang asri dan rapi akan menjadikan suami betah berada di dalamnya. Suasana rumah yang indah mendukung bagi terciptanya suasana keluarga yang harmonis, membuat anak-anak merasa nyaman dan damai. Kemesraan hubungan suami istri pun bisa lebih terjaga dalam kondisi rumah yang rapi, bersih dan nyaman.
Untuk membuat penampilan rumah lebih menarik tidak harus dengan harga yang mahal. Insya Allah semuanya bisa dilaksanakan dengan mudah selama ada keinginan dan diniatkan ikhlas untuk mencari ridha Allah. Bukankah segala sesuatu yang baik itu akan bernilai ibadah bila diniatkan hanya untuk Allah?
7. Istri yang barokah adalah pendengar yang baik dan pembicaraanya enak
Seorang istri yang shalihah akan lebih mendatangkan barokah yang tiada ternilai apabila ia juga mampu menjadi seorang pendengar yang baik dan pembicaraannya enak. Ketika suami sedang menghadapi masalah, hendaknya istri bisa menjadi pendengar yang baik. Hendaknya pula istri di dalam menasehati dan memberi masukan pada suami memlilih ucapan yang baik dengan tutur kata yang indah dan lembut serta sedapat mungkin menghindari pembicaraan yang tidak disukai oleh suami. Sesungguhnya jika seorang laki-laki mendapatkan istri yang demikian maka akan semakin bertambah besarlah kecintaannya kepada sang istri, sehingga semakin berbahagialah keluarga itu dalam barokah Allah SWT.
Akhirnya saudaraku, istri adalah pendamping hidup yang diberikan Allah kepada kita. Begitu pula semua yang menyertai kehadirannya di sisimu. Maka jika engkau ingin mendapatkan kebahagiaan hendaklah engkau minta keberkahan dari Allah juga menyertai kedatanganya. (Hanung Hisbullah Hamda,SH., M. Pd.I)
habis baca timbul pertanyaan, bagaimana dengan saya kelak? apakah bisa?
ReplyDelete